Ilustrasi kotoran kambing. Foto: istimewa. |
Dutaislam.or.id - Kisah Nabi Muhammad Saw yang dilempari kotoran kambing oleh Uqbah bin Abi Mu’ith saat beliau sedang shalat merupakan salah satu momen yang memperlihatkan betapa keras dan kejamnya perlawanan yang dihadapi Nabi Saw dari orang-orang Quraisy.
Ini adalah salah satu bentuk penghinaan yang sangat menyakitkan, namun pada akhirnya, peristiwa ini menunjukkan keteguhan Nabi Saw dan balasan Allah kepada para pelakunya.
Peristiwa tersebut terjadi pada masa awal dakwah Islam di Makkah, ketika Nabi Saw dan para sahabatnya menghadapi intimidasi, siksaan, dan penghinaan yang berat dari kaum Quraisy.
Orang-orang musyrik Quraisy sangat marah dan terganggu dengan dakwah Nabi Saw, terutama karena ajaran tauhid yang beliau sampaikan meruntuhkan sistem kepercayaan berhala yang telah lama menjadi pusat kehidupan sosial, ekonomi, dan spiritual di Makkah.
Salah satu musuh bebuyutan Nabi Saw adalah Uqbah bin Abi Mu’ith. Dia termasuk tokoh Quraisy yang sangat keras menentang Islam dan sering terlibat dalam penghinaan serta serangan terhadap Nabi Saw.
Bersama tokoh-tokoh Quraisy lainnya, seperti Abu Lahab, Abu Jahal, dan Umayyah bin Khalaf, Uqbah menjadi salah satu tokoh yang aktif menghalangi dakwah Rasulullah Saw dan berusaha mempermalukan beliau di depan umum.
Nabi Muhammad Saw Dilempari Kotoran Saat Sedang Shalat
Suatu hari, Rasulullah Saw tengah melaksanakan shalat di dekat Ka'bah. Pada masa itu, Ka'bah masih menjadi pusat penyembahan berhala bagi kaum Quraisy, dan mereka tidak senang melihat Nabi Saw beribadah kepada Allah di tempat yang sama dengan mereka. Shalat yang dilakukan oleh Nabi Saw di hadapan Ka'bah menjadi sesuatu yang mengganggu mereka.
Ketika Nabi Saw sujud dalam shalatnya, sekelompok orang Quraisy yang terdiri dari para pemuka dan tokoh utama mereka sedang duduk-duduk di sekitar Ka'bah. Dalam kelompok tersebut ada Uqbah bin Abi Mu'ith, Abu Jahal, dan beberapa orang lainnya. Mereka mulai membicarakan cara untuk mempermalukan Nabi Saw di hadapan umum.
Menurut riwayat dari Abdullah bin Mas'ud ra, Abu Jahal kemudian menyarankan sebuah tindakan hina:
"Siapa di antara kalian yang berani mengambil isi perut unta yang telah disembelih (kotoran dan sisa-sisa dari dalam perut unta) lalu meletakkannya di atas punggung Muhammad ketika dia sujud?"
Mendengar hal itu, Uqbah bin Abi Mu’ith langsung berdiri dan mengambil kotoran unta yang sudah membusuk dari tempat penyembelihan. Ia lalu berjalan menuju Rasulullah Saw yang sedang sujud, dan tanpa ragu, Uqbah meletakkan kotoran itu di atas punggung Nabi Saw.
Nabi Muhammad Saw tetap dalam posisi sujud, sementara sekelompok orang Quraisy yang menyaksikan peristiwa itu tertawa terbahak-bahak, mengejek dan mempermalukan Nabi Saw. Rasulullah Saw tidak langsung mengangkat kepalanya karena beban kotoran yang berat di punggungnya.
Tindakan Fatimah Az-Zahra
Ketika kejadian ini berlangsung, putri Rasulullah Saw, Fatimah Az-Zahra ra, yang saat itu masih sangat muda, mendengar apa yang terjadi. Dia segera datang ke Ka'bah dan melihat ayahnya dalam keadaan yang sangat hina tersebut. Dengan segera, Fatimah membersihkan kotoran dari punggung Rasulullah Saw dan marah terhadap para pelaku penghinaan itu.
Setelah Fatimah selesai membersihkan punggung beliau, Nabi Saw menyelesaikan shalatnya. Rasulullah Saw selalu bersabar dalam menghadapi penghinaan dan kekerasan fisik dari kaum Quraisy. Namun, pada saat itu, beliau merasa sangat tersakiti oleh perlakuan mereka yang keji dan berdoa kepada Allah agar memberikan balasan atas perbuatan mereka.
Setelah selesai shalat, Rasulullah Saw berdoa di hadapan Ka'bah. Beliau mengangkat kedua tangannya dan berdoa kepada Allah:
اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِقُرَيْشٍ
Terjemah:
“Ya Allah, balaslah Quraisy”.
Beliau mengulangi doa ini tiga kali. Para musyrikin Quraisy yang berada di tempat itu merasa takut karena mengetahui bahwa doa Rasulullah Saw tidak akan sia-sia.
Setelah itu, Rasulullah Saw menyebut nama-nama orang yang telah terlibat dalam penghinaan itu. Beliau berdoa secara khusus agar Allah menghukum mereka. Rasulullah Saw menyebutkan nama-nama mereka:
اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِأَبِي جَهْلٍ، وَعُتْبَةَ بْنِ رَبِيعَةَ، وَشَيْبَةَ بْنِ رَبِيعَةَ، وَالْوَلِيدِ بْنِ عُتْبَةَ، وَأُمَيَّةَ بْنِ خَلَفٍ، وَعُقْبَةَ بْنِ أَبِي مُعَيْطٍ
Terjemah:
“Ya Allah, hukumlah Abu Jahal, Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Walid bin Utbah, Umayyah bin Khalaf, dan Uqbah bin Abi Mu'ith.”
Doa Rasulullah Saw ini menggema di hati mereka yang menyaksikan peristiwa tersebut. Orang-orang Quraisy mulai merasa cemas karena mereka tahu bahwa doa Nabi Saw pasti akan dikabulkan oleh Allah.
Orang-orang yang disebutkan oleh Nabi Saw dalam doanya terbukti mengalami kebinasaan dalam Perang Badar. Ketika perang besar tersebut terjadi beberapa tahun kemudian, semua nama yang disebut dalam doa Nabi Saw, termasuk Uqbah bin Abi Mu'ith, terbunuh di tangan kaum Muslimin.
- Abu Jahal tewas di tangan dua pemuda Muslim, Mu'adz dan Mu'awwidz, dalam Perang Badar.
- Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, dan Walid bin Utbah juga terbunuh dalam pertempuran tersebut.
- Umayyah bin Khalaf juga tewas di medan perang.
- Uqbah bin Abi Mu'ith sendiri tertangkap oleh kaum Muslimin setelah Perang Badar dan akhirnya dihukum mati atas kejahatannya yang begitu besar terhadap Rasulullah Saw.
Kisah ini mengingatkan kita akan beratnya perjuangan Rasulullah Saw dalam menyebarkan agama Islam di tengah masyarakat yang penuh dengan kebencian dan permusuhan.
Namun, di balik segala rintangan tersebut, Nabi Saw selalu teguh dan percaya kepada pertolongan Allah. Pada akhirnya, musuh-musuh beliau yang sombong dan angkuh mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah Swt. [dutaislam.or.id/ai/ab]