Iklan

Iklan

,

Iklan

Inilah Pemilik Iman Paling Menakjubkan Menurut Rasulullah?

Duta Islam #05
11 Okt 2024, 21:56 WIB Ter-Updated 2024-10-11T14:56:51Z
Download Ngaji Gus Baha
pemilik iman terkuat menurut nabi muhammad
Ilustrasi orang beriman. Foto: istimewa.


Oleh Nadirsyah Hosen


Dutaislam.or.id - Diriwayatkan oleh At-Tabrani dari Ibnu Abbas bahwa suatu hari selepas shalat Subuh, Rasulullah duduk berbincang dengan para sahabatnya. Lalu beliau bertanya:


“Siapakah yang paling menakjubkan imannya?” Mereka menjawab, “Para malaikat.” 


Beliau merespon, “Bagaimana malaikat tidak beriman sementara mereka menyaksikan (urusan Allah) secara langsung!” 


Mereka menyahut, “Para nabi, wahai Rasulullah.” 


Beliau bersabda, “Bagaimana para nabi tidak beriman sementara wahyu turun kepada mereka dari langit.”


Mereka menjawab, “Para sahabatmu, wahai Rasulullah.”


“Lho bagaimana para sahabatku tidak beriman sementara mereka melihat apa yang aku lakukan”


Rasul kemudian menerangkan: “Yang  paling menakjubkan imannya adalah suatu kaum yang datang setelahku, mereka beriman kepadaku dan membenarkanku meskipun tidak pernah melihatku. Mereka itulah ikhwanku (saudaraku)”.


Berangkat dari riwayat di atas, saya belajar memaknai iman sebagai sebuah tantangan. Semakin tinggi tingkat tantangan, semakin tinggi pula tingkat iman kita. Semakin sulit kita menjalankan sebuah keyakinan (iman), semakin tinggi pula nilai iman kita di sisi Allah.


Seorang waliyullah tidak diragukan lagi telah melihat berbagai “keajaiban” dan “rahasia” Allah. Kalau Allah mengangkat derajatnya, tentu saja kita tak akan heran. Yang membuat kita takjub adalah, seorang manajer yang sangat sibuk dan telah menyaksikan bahwa “time is money”, namun tetap berusaha menunaikan shalat lima waktu meski kadang bolong.


Begitu juga dengan seorang kuli bangunan yang lebih banyak menggunakan potensi otot dibanding potensi otaknya, namun tetap berpuasa di bulan Ramadhan meskipun dia harus kerja di tengah terik mentari. Berbeda dengan manajer yang kerja di ruang ber-AC.


Masing-masing memiliki iman yang menakjubkan pada konteks tantangannya. Pada akhirnya, ber-Islam itu tergantung pada kondisi setiap individu, serta melakukan pilihan yang tidak merusak kemanusiaan kita. 


Dengan begini kita gak gampang menghakimi pergulatan iman yang lain. Jangan merasa lebih, kalau kita belum merasakan perjuangan orang lain. Tantangan iman saja begitu tinggi, apalagi tantangan cinta kan. [dutaislam.or.id/ab]

Iklan

close
Iklan Flashdisk Gus Baha