Ilustrasi perang melawan musuh. Foto: istimewa. |
Dutaislam.or.id - Diriwayatkan dari hadits Ibnu Umar ra, bahwa ia pernah menjadi bagian dari sebuah ekspedisi yang dikirim oleh Rasulullah Saw. Ketika dalam perjalanan, para pasukan mengalami kekalahan dan melarikan diri.
Ibnu Umar berkata, "Aku termasuk di antara mereka yang lari". Setelah mereka melarikan diri dan berhasil menjauh, mereka pun mulai khawatir. Mereka berpikir, "Apa yang harus kita lakukan sekarang, setelah kita lari dari medan pertempuran dan menimbulkan kemarahan Allah?"
Lalu, mereka memutuskan untuk masuk ke kota Madinah dan bersembunyi. Mereka tidak ingin ada orang yang melihat mereka. Namun, akhirnya mereka memutuskan, "Mari kita menemui Rasulullah Saw dan memberitahukan keadaan kita. Jika kita bisa bertaubat, kita akan tinggal di sini. Jika tidak, maka kita akan pergi".
Maka mereka menunggu Rasulullah Saw sebelum waktu Subuh. Ketika beliau keluar untuk menunaikan shalat, mereka pun mendekati beliau dan berkata, "Kami adalah orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran".
Namun, Rasulullah Saw menenangkan mereka dan berkata, "Tidak, kalian bukan pelarian, tetapi kalian adalah 'al-'akkarun' (orang-orang yang mundur dengan taktik untuk menyerang kembali)".
Setelah itu, mereka mencium tangan Rasulullah Saw sebagai tanda hormat, dan beliau berkata, "Aku adalah pasukan dari kaum muslimin."
Penjelasan Hadits
Kisah ini menggambarkan peristiwa penting dalam sejarah Islam ketika Ibnu Umar ra menjadi bagian dari salah satu pasukan yang dikirim oleh Rasulullah Saw dalam sebuah ekspedisi militer. Ketika pasukan tersebut menghadapi kekalahan di medan pertempuran, banyak dari mereka, termasuk Ibnu Umar, memilih untuk mundur dan melarikan diri dari pertempuran.
Dalam kebingungan dan ketakutan, mereka merasa bersalah karena tindakan mereka dianggap sebagai pelarian dari kewajiban jihad. Mereka pun mulai berpikir tentang apa yang harus dilakukan untuk menebus kesalahan ini.
Dalam upaya untuk mencari pengampunan, mereka berencana menemui Rasulullah Saw. Mereka tahu bahwa jika mereka dapat menghadap Rasulullah dan mengakui kesalahan mereka, mungkin mereka masih memiliki kesempatan untuk bertaubat dan diterima kembali dalam komunitas kaum muslimin.
Dengan hati yang berat, mereka akhirnya menghadap Rasulullah Saw sebelum waktu shalat subuh dan mengakui bahwa mereka adalah orang-orang yang melarikan diri.
Namun, tanggapan Rasulullah Saw sangat bijaksana. Beliau tidak mengecam atau menghukum mereka. Sebaliknya, beliau memberikan perspektif yang berbeda dengan mengatakan bahwa mereka bukanlah pelarian, melainkan orang-orang yang mundur dengan taktik.
Ini menunjukkan kebijaksanaan Rasulullah Saw dalam memahami kondisi psikologis para prajurit yang merasa malu dan bersalah. Rasulullah menekankan bahwa mundur dalam perang tidak selalu berarti pengecut, tetapi bisa menjadi bagian dari strategi untuk menyerang kembali.
Akhirnya, setelah menerima pengampunan dan pengakuan dari Rasulullah Saw, para prajurit ini kembali mendapatkan semangat dan rasa percaya diri. Rasulullah juga menegaskan perannya sebagai pelindung dan pemimpin dari seluruh umat muslim, yang menggambarkan betapa pentingnya persatuan dan kepemimpinan dalam Islam.
Kisah ini mengandung pelajaran berharga tentang taubat, pengampunan, dan pentingnya pemahaman yang mendalam tentang situasi sebelum menilai tindakan seseorang. Rasulullah Saw selalu menjadi teladan dalam memberikan solusi yang penuh hikmah dan kasih sayang dalam menghadapi kesalahan orang lain. [dutaislam.or.id/ab]
Sumber:
Kitab Al-Adabul Mufrod, hlm. 337.