Makam Imam Nawawi yang pada tahun 2015 terkena bom. Foto: istimewa. |
Dutaislam.or.id - Kisah hidup para ulama besar selalu penuh dengan pelajaran berharga yang dapat memberikan inspirasi bagi kita semua. Salah satunya adalah kisah Imam Nawawi, seorang ulama terkemuka yang begitu dihormati di dunia Islam. Salah satu kisah yang menyentuh hati adalah perjalanannya ke Mesir untuk menziarahi makam Imam asy-Syafi'i.
Kisah ini memperlihatkan ketawadhuan (kerendahan hati) seorang ulama besar terhadap pendahulunya dan menjadi contoh bagaimana kesederhanaan dalam sikap dapat memberikan pelajaran mendalam bagi siapa pun yang mendengarnya.
Suatu hari, Imam Nawawi, yang berasal dari Syam, melakukan perjalanan ke Mesir. Niat beliau adalah untuk menziarahi makam Imam Syafi'i, pendiri mazhab yang dipegang oleh Imam Nawawi. Ketika sampai di dekat makam Imam Syafi'i, Imam Nawawi memandang kubah makam dari kejauhan, tanpa berani mendekat atau masuk ke dalamnya. Beliau hanya membaca surah Al-Fatihah, berdoa, lalu menangis sebelum memutuskan untuk pergi.
Ketika ditanya oleh seseorang mengapa beliau tidak masuk untuk menziarahi Imam Syafi'i, Imam Nawawi menjawab dengan penuh rasa hormat:
"Seandainya beliau masih hidup, aku pun tidak mampu kecuali hanya berdiri di sini".
Pernyataan ini mencerminkan betapa besar rasa hormat dan ketawadhuan Imam Nawawi terhadap Imam asy-Syafi'i, seorang ulama yang beliau anggap sangat mulia dan tinggi kedudukannya.
Imam Nawawi, yang dikenal sebagai Ruknul Madzhab (fondasi dari mazhab Syafi'i), adalah salah satu ulama terbesar dalam sejarah Islam. Nama lengkap beliau adalah Yahya bin Syaraf Nawawi, dan beliau terkenal karena kesungguhan dalam menuntut ilmu serta ketekunannya dalam menulis.
Imam Nawawi dikenal tidak menikah sepanjang hidupnya demi mencurahkan seluruh waktunya untuk menulis dan mengajar. Beliau bahkan dikatakan menulis hingga 12 jam setiap harinya dan tidak tidur berbaring selama dua tahun. Karya-karya beliau yang monumental, seperti Riyadhus Shalihin dan Arba'in Nawawi diakui oleh umat Islam di seluruh dunia, baik Sunni maupun Syiah.
Kesucian dan ketakwaan beliau dikenal luas, bahkan disebutkan bahwa setiap kali nama beliau disebut, rahmat Allah selalu dilimpahkan kepada yang mendengarnya. Dalam hidupnya, Imam Nawawi adalah sosok yang sangat sederhana dan tidak pernah mencari popularitas, meskipun keilmuan dan kebersihan jiwanya diakui oleh banyak orang.
Pertemuan yang Terlewat dengan Imam Ibnu Subki
Kisah lain yang tak kalah menarik adalah pertemuan yang terlewat antara Imam Nawawi dan Taqiyyuddin as-Subki, seorang ulama besar yang mencapai derajat ijtihad.
Ibnu Subki mendengar kabar bahwa Imam Nawawi sedang berada di Mesir, dan beliau bertekad untuk menemuinya. Namun, ketika sampai di sana, Imam Nawawi telah kembali ke Damaskus dan tak lama setelah itu wafat di kampung halamannya, Nawa.
Meskipun tidak sempat bertemu, Taqiyyuddin As-Subki tetap menunjukkan rasa hormat yang mendalam terhadap Imam Nawawi. Ketika beliau sampai di tempat di mana Imam Nawawi biasa shalat di Daarul Hadiid, beliau duduk dan meletakkan pipinya di tanah tempat Imam Nawawi berdiri.
Dengan penuh penghormatan, Taqiyyuddin As-Subki melantunkan syair:
وفي دار الحديد لطيف معنى * أطوف في أرجائها وأوي
Terjemah:
"Di Darul Hadid ada makna yang penuh kelumbutan. Aku berkeliling di sekitarnya dan singgah"
أود لو أمس بِحُرِّ وجهي * مكاناً مسه قدم النواوي
Terjemah:
"Aku mendambakan jika aku bisa menyentuh dengan wajahku tempat yang telah disentuh kaki Nawawi".
Syair ini mencerminkan betapa besar penghormatan ulama terhadap ulama lainnya, bahkan setelah wafatnya. Sikap Taqiyyuddin as-Subki ini menunjukkan bahwa kemuliaan seorang ulama tidak hanya diakui semasa hidupnya, tetapi juga setelah mereka wafat.
Imam Nawawi dimakamkan di kampung halamannya, Nawa. Di atas makam beliau, tumbuh sebuah pohon besar tepat dari bagian dada beliau, sebuah tanda yang unik dan mengundang kekaguman.
Tidak ada makam siapapun di dunia ini yang ditumbuhi pohon seperti makam Imam Nawawi. Di sekitar makam beliau, tumbuh pula tumbuhan-tumbuhan yang berbau harum, memberikan kesan bahwa makam tersebut adalah tempat yang diberkahi.
Namun, pada Januari 2015, kawasan makam tersebut dibom, merusak sebagian tempat suci tersebut. Peristiwa ini tentu sangat menyedihkan bagi umat Islam, yang melihat makam ulama besar ini sebagai tempat yang penuh berkah.
Kisah hidup Imam Nawawi mengajarkan kepada kita banyak hal, terutama tentang ketawadhuan, kesungguhan dalam menuntut ilmu, dan rasa hormat yang tulus terhadap ulama-ulama terdahulu. Meskipun beliau adalah seorang ulama besar, Imam Nawawi tetap menampilkan sikap rendah hati yang luar biasa.
Tindakan beliau yang menolak masuk ke makam Imam Syafi'i karena rasa hormat yang mendalam, serta karya-karya besar yang beliau hasilkan selama hidupnya, menjadi contoh nyata bagaimana seorang Muslim seharusnya menjalani hidupnya—dengan penuh ketakwaan, kesederhanaan, dan rasa hormat terhadap sesama. [dutaislam.or.id/ab]