Ilustrasi hukuman penjara. Foto: istimewa. |
Dutaislam.or.id - Nabi Daniel, meski namanya tidak begitu dikenal dalam Islam, adalah salah satu nabi utusan Allah. Banyak muslim mungkin belum mengetahui hal ini karena Nabi Daniel tidak termasuk dalam deretan nabi yang wajib diketahui umat Islam. Namun, dari perspektif sejarah, Nabi Daniel memiliki peran penting, terutama dalam konteks sejarah Bani Israel.
Nabi Daniel merupakan keturunan dari Nabi Dawud dan salah satu nabi yang juga dihormati dalam agama Yahudi serta Kristen. Kisahnya tercatat dalam Kitab Daniel, bagian dari Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen.
Ia hidup pada masa ketika bangsa Israel berada di pembuangan setelah Kerajaan Yahuda jatuh ke tangan Babilonia. Pada masa itu, Raja Nebukadnezar dari Babilonia, seorang penguasa yang terkenal kejam, mengepung dan menaklukkan Yerusalem pada tahun ketiga pemerintahan Raja Yoyakim dari Yehuda.
Pada masa penaklukan ini, banyak laki-laki Bani Israel dibunuh, sementara anak-anak mereka dipisahkan dari keluarga untuk dilatih mengabdi kepada kerajaan. Anak-anak yang cerdas dan berbakat dipilih untuk melayani raja, dan di antara mereka ada Nabi Daniel. Ia ditawan dan dipenjara bersama keturunan para nabi sebelumnya, seperti Nabi Ya'kub dan Nabi Yusuf.
Suatu hari, Raja Nebukadnezar bermimpi tentang patung raksasa dengan kepala dari emas, lengan dari perak, tubuh dari tembaga, dan kaki dari besi, yang hancur oleh sebuah batu. Kebingungan dengan mimpinya, raja memanggil semua peramal di kerajaannya, namun tak satu pun dari mereka mampu menafsirkan mimpi tersebut. Seorang pemuda yang pernah dipenjara bersama Nabi Daniel memberitahu raja bahwa Daniel dapat menafsirkan mimpi tersebut.
Ketika dipanggil, Nabi Daniel menafsirkan mimpi itu sebagai lambang pergantian kekuasaan. Kepala emas melambangkan kekuasaan Babilonia, yang kemudian akan runtuh dan digantikan oleh Kerajaan Persia yang diwakili perak, disusul oleh Yunani sebagai tembaga, dan akhirnya Kekaisaran Romawi sebagai besi.
Namun, semua kekuasaan tersebut pada akhirnya akan hancur. Ketepatan Daniel dalam menafsirkan mimpi tersebut membuat Raja Nebukadnezar kagum, sehingga ia membebaskan Daniel dari penjara dan menjadikannya penasihat sekaligus guru pribadinya.
Hubungan dekat antara Daniel dan raja menimbulkan kecemburuan di kalangan para petinggi Majusi di Babilonia. Mereka merancang tipu daya untuk menjatuhkan Nabi Daniel, namun tidak menemukan kesalahan padanya. Mereka mengetahui bahwa Daniel adalah seorang hamba yang sangat taat kepada Tuhannya, yang berbeda dari dewa-dewa yang disembah oleh kaum tersebut. Oleh karena itu, mereka mulai menghasut raja dengan tuduhan bahwa Daniel tidak menghormati dewa-dewa Babilonia.
Nebukadnezar, yang telah terpengaruh oleh hasutan tersebut, akhirnya memutuskan untuk menghukum Daniel. Sebuah lubang besar digali dan Daniel dilemparkan ke dalamnya bersama dengan singa-singa yang kelaparan. Namun, dengan izin Allah, Nabi Daniel tetap selamat, meskipun beberapa hari berlalu tanpa ada luka sedikit pun pada tubuhnya.
Setelah beberapa waktu, kerajaan mulai tenang kembali, dan Nabi Daniel pun berusaha keluar dari lubang tersebut dengan pertolongan Allah. Setelah berhasil melarikan diri, Daniel pindah ke wilayah Hurmuzan, di mana ia menghabiskan sisa hidupnya untuk berdakwah hingga wafat di sana.
Kisah Nabi Daniel ini menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah dalam melindungi hamba-Nya yang taat, serta peran penting Nabi Daniel dalam sejarah Bani Israel dan pengaruhnya dalam berbagai tradisi agama. [dutaislam.or.id/ab]