Iklan

Iklan

,

Iklan

Makna Al-Quddus (Yang Maha Suci) Menurut Imam Al-Ghazali

Duta Islam #02
2 Okt 2024, 18:59 WIB Ter-Updated 2024-10-02T11:59:46Z
Download Ngaji Gus Baha
makna al-quddus menurut imam al-ghazali
Kaligrafi Al-Quddus, Allah Maha Suci Mutlak.


Dutaislam.or.id - Al-Quddus adalah salah satu Asmaul Husna yang sangat dikenal dalam Islam, menggambarkan Allah sebagai Yang Mahasuci. Nama ini sering disebutkan bersamaan dengan Al-Malik, yang berarti Maharaja atau Zat Yang Maha Berkuasa, seperti dalam QS Al Hasyr (59:23) dan QS Al Jumu’ah (62:1). 


Kata "Quddus" berakar dari kata "qadasa" yang berarti suci. Makna dari Al-Quddus sendiri adalah bahwa Allah tidak memiliki kekurangan, ketidaksempurnaan, atau kelemahan dalam bentuk apapun. Semua kesempurnaan yang bisa kita bayangkan atau pahami hanyalah sebagian kecil dari keagungan-Nya. Al-Quddus adalah puncak dari segala kesempurnaan, bahkan lebih dari itu. 


Dalam pandangan Imam Al-Ghazali, Al-Quddus adalah kesucian Allah dari segala dugaan kesempurnaan yang bisa kita bayangkan. Bagi beliau, seperti halnya seorang raja tidak dapat digambarkan hanya sebagai “bukan rakyat”, Allah tidak bisa disamakan dengan apapun. Al-Quddus adalah zat yang melampaui semua bentuk kesempurnaan yang dapat dipahami oleh makhluk.


Istilah Al-Quddus memiliki makna yang berbeda dengan kata "tasbih" (seperti dalam QS Al-Baqarah: 30), meskipun keduanya sering dipasangkan dalam Al-Qur'an. Tasbih berasal dari akar kata "sa-ba-ha" yang berarti menjauh atau hanyut. 


Bertasbih kepada Allah berarti menjauhkan diri dari segala dugaan atau prasangka tentang Allah, dan membiarkan diri terhanyut dalam kekaguman terhadap kesempurnaan-Nya serta tunduk pada kehendak-Nya. Sedangkan Al-Quddus menekankan bahwa kesucian Allah adalah mutlak, dan Dia tidak memerlukan pengakuan dari siapapun akan hal tersebut.


Jika kita memahami makna Al-Quddus sebagai kesucian mutlak, maka menurut Imam Al-Ghazali, tugas kita sebagai hamba adalah berusaha mensucikan diri dalam dua hal utama: pengetahuan dan kehendak. 


Sebab, makna Al-Quddus menurut Al-Ghazali adalah Yang Maha Suci dari segala sifat yang dapat dijangkau oleh indera, dikhayalkan oleh imajinasi, diduga oleh waham, atau terlintas dalam Nurani dan pikiran, sebagaimana dalam kitabnya, Al-Maqshadul Asna. 


Pengetahuan yang kita miliki harus difokuskan pada hal-hal yang bersifat kekal dan ilahiyah, mengesampingkan urusan duniawi yang sifatnya sementara dan sering kali berubah. Pengetahuan ini membawa kita lebih dekat pada pemahaman tentang Allah dan kebesaran-Nya.


Begitu juga dengan kehendak kita, yang harus disucikan dari keinginan-keinginan yang berpusat pada nafsu duniawi, seperti kelezatan makan, minum, berpakaian, dan kenikmatan indra lainnya. Tujuan akhir dari kehendak yang disucikan adalah untuk hanya menghendaki Allah dan mendekat kepada-Nya. 


Dengan kata lain, kesucian manusia sebagai hamba terletak pada kerinduan untuk berada dekat dengan Sang Pencipta, dengan menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan hidup.


Al-Quddus mengajarkan kepada kita bahwa kesucian Allah adalah sesuatu yang tidak bisa dicapai oleh akal manusia. Namun, melalui usaha untuk mensucikan pengetahuan dan kehendak, kita dapat semakin mendekat kepada-Nya. 


Kita diajak untuk tidak hanya memahami keagungan-Nya secara teoretis, tetapi juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan cara menjauhkan diri dari hal-hal yang bersifat duniawi dan selalu mendekat kepada Allah Swt. Hanya dengan begitu kita bisa merasakan makna Al-Quddus yang sesungguhnya. 


Bukan perkara mudah, tapi bisa. InsyaAllah. [dutaislam.or.id/ab]

Iklan