Ilustrasi munculnya banyak media sosial di akhir zaman. Foto: istimewa. |
Dutaislam.or.id - Zaman modern ini ditandai oleh ledakan komunikasi digital, terutama dengan kehadiran media sosial yang mendominasi kehidupan sehari-hari. Sejak internet diciptakan, platform seperti Twitter, Facebook, Instagram, dan YouTube berkembang dengan pesat, hingga menghasilkan miliaran konten setiap harinya.
Namun, tahukah Anda bahwa fenomena ini telah disinggung oleh Rasulullah Saw berabad-abad yang lalu? Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas‘ud RA, Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ تَسْلِيمَ الْخَاصَّةِ وَفُشُوَّ التِّجَارَةِ وَقَطْعَ الْأَرْحَامِ وَشَهَادَةَ الزُّورِ وَكِتْمَانَ شَهَادَةِ الْحَقِّ وَظُهُورَ الْقَلَمِ
Terjemah:
“Sesungguhnya, menjelang hari kiamat akan muncul fenomena seperti salam yang hanya diberikan kepada orang-orang tertentu saja, maraknya perdagangan, pemutusan tali silaturahmi, banyaknya persaksian palsu, penyembunyian kesaksian yang benar, dan bermunculannya pena (tersebarnya karya tulis)”. (HR. Imam Ahmad)
Hadist ini secara jelas menyebutkan salah satu tanda kiamat yang menarik untuk kita renungkan di era sekarang: zuhurul qalam atau maraknya pena. Fenomena ini tidak hanya berkaitan dengan banyaknya karya tulis yang tersebar, tetapi juga mencakup segala bentuk informasi yang diproduksi secara massal, termasuk konten digital seperti artikel, gambar, video, dan lain sebagainya.
Perkembangan teknologi informasi telah melampaui apa yang bisa dibayangkan di masa lalu. Setiap hari, ratusan juta konten baru diciptakan dan diunggah ke media sosial. Tak hanya tulisan, tetapi juga video dan gambar yang menjangkau miliaran orang di seluruh dunia.
Dalam sekejap, seseorang bisa berbagi pemikiran, ide, atau pengalaman mereka kepada audiens global melalui internet. Namun, di balik kemudahan ini, ada hal yang perlu kita cermati: tidak semua yang tersebar itu bermanfaat.
Fenomena ini menegaskan kebenaran sabda Rasulullah Saw yang telah disampaikan pada abad ke-6 Masehi. Saat itu, kemampuan membaca dan menulis sangat terbatas, apalagi jika dibandingkan dengan zaman sekarang. Namun, Rasulullah SAW telah mengingatkan bahwa akan datang suatu masa di mana "pena" akan merajalela, sebuah masa di mana karya tulis atau informasi menyebar tanpa batas.
Bayangkan, jika kita hidup pada zaman Nabi, mungkin akan sulit memahami bagaimana "pena" bisa berlipatganda dan mendominasi dunia. Tetapi hari ini, kita menjadi saksi nyata dari kebenaran sabda beliau.
Media Sosial
Media sosial bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, ia bisa menjadi sumber kebaikan yang membawa manfaat, memperkaya pengetahuan, dan mempererat silaturahmi.
Konten yang dihasilkan melalui media sosial bisa menjadi sarana dakwah, tempat berbagi ilmu, atau bahkan alat untuk memperkuat persatuan umat Islam. Namun di sisi lain, ia juga bisa menjadi sumber kesia-siaan, fitnah, dan perselisihan.
Inilah pentingnya kita bijak dalam menggunakan media sosial. Apakah tulisan, gambar, atau video yang kita hasilkan mampu mendekatkan diri kita kepada Allah, memperkuat iman kita, serta mempererat persaudaraan sesama Muslim? Atau justru sebaliknya, membuat kita lalai, mengundang dosa, dan memperburuk silaturahmi?
Dalam pepatah plesetan, dikatakan bahwa manusia sekarang terikat pada "Tahta, Harta, dan Kuota". Pepatah ini menggambarkan betapa pentingnya internet dalam kehidupan manusia masa kini, seolah-olah tanpa kuota internet, manusia tidak bisa eksis.
Meskipun banyaknya karya tulis atau konten digital termasuk dalam tanda-tanda kecil kiamat, hal ini tidak selalu berarti negatif. Rasulullah Saw memang menyebut fenomena ini sebagai salah satu tanda dekatnya hari kiamat, namun apakah tanda tersebut membawa dampak baik atau buruk tergantung pada bagaimana kita memanfaatkannya.
Apakah kita menggunakan pena atau teknologi digital untuk menyebarkan kebenaran, memperdalam keimanan, atau justru sebaliknya, menyebar kebohongan dan keburukan? Sebagaimana disebutkan dalam hadist yang lain, Rasulullah Saw mengingatkan kita untuk tidak berselisih, karena perselisihan hanya akan memecah belah hati.
Oleh karena itu, penggunaan media sosial harus dilandasi oleh niat yang baik dan pemahaman yang benar, terutama dengan menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber utama informasi dan panduan hidup kita. [dutaislam.or.id/ab]