Ilustrasi khutbah di masjid. Foto: istimewa. |
Dutaislam.or.id - Berikut adalah teks khutbah yang bisa digunakan sebagai teks khutbah Idul Adha.
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، اللهُ أكبَرُ كُلَّمَا لبَّى ملبٍّ وكبرَ، اللهُ أكبَرُ كُلَّمَا طافَ بالبيتِ العتيق طائفٌ وكبرَ، اللهُ أكبرُ كلمَا ضحَّى مضحٍ وكبرَ، اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ كثيرا وسبحان الله بُكْرَةً وَأصِيْلاً، لاَ ِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
الحمدُ لله الذي جعَل الأعياد في الإسلام مَصدرًا للهناء والسُّرور، الحمد لله الذي تفضَّل في هذه الأيَّام العشر على كلِّ عبدٍ شَكُور، الحمدُ لله الذي أماتَ وأحيا، ومنَع وأعطَى، وأرشَدَ وهدى، وأضحَكَ وأبكى؛ ﴿ وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا ﴾، وأَشهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، الملك الحق الـمُبين، وأَشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرسُولُهُ وصفِيُّه وحبيبه مَن أرسله الله تعالى رحمة للعالمين، اللهُمَّ صَلِّ وسلم وبارك وترحم وتحنن عَلَى سيدِنَا محمدٍ وَعَلَى آلِهِ وأَصْحابِهِ، ومَنْ تَبِعَهُمْ بإِحْسانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أَمَّا بَعْدُ
عِبادَ اللهِ..... اتقوا الله حق تقاته ولا تموتنّ إلا وأنتم مسلمون، واعلموا أَيُّهَا الـمـُسْلِمُونَ إِنَّ هَذَا يَوْمٌ قدْ عظَّمَهُ اللهُ تعالَى وَرَفَعَ قَدْرَهُ، يَومٌ يُحيِي فيهِ الـمُسْلِمُونَ سُنَّةَ أَبيهمْ إِبْراهيمَ عليهِ السلامُ بِمَا يقدمُونَهُ مِنَ الأضاحِي فِي هَذَا اليَوْمِ، فقد روت السيدةُ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أن رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «ضَحُّوا وَطَيِّبُوا بِهَا أَنْفُسَكُمْ، فَإِنَّهُ لَيْسَ مِنْ مُسْلِمٍ يُوجِّهُ ضَحِيّتَهُ إِلَى الْقِبْلَةِ، إِلَّا كَانَ دَمُهَا وَفَرْثُهَا وَصُوفُهَا حَسَنَاتٍ مُـحْضَرَاتٍ فِي مِيزَانِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ» الحديث، أخرجه عبد الرزاق في مصنفه.
اللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ، وَ للهِ اْلحَمْدُ، معاشر المسلمين حفظكم الله
Marilah dalam suasana yang bahagia dan mulia ini, kita bersama-sama saling mengingatkan diri untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan ketaqwaan diri kita kepada Allah Swt dengan senantiasa bersyukur kepada Allah serta senantiasa mengoptimalkan ketaatan kita dengan melaksanakan berbagai amal kebaikan yang bermafaat dan di ridoi Allah Swt.
Ketahuilah bahwa saat ini adalah hari di mana Allah telah memuliakan dan menaikkan derajatnya. Hari dimana kaum muslimin menghidupkannya dengan mengamalkan sunnah/ajaran Kholilullah Nabi Ibrahim as dengan menyembelih hewan kurban. Siti Aisyah ra telah meriwayatkan bahwa Rasul saw bersabda: “berkurbanlah dan berbaik-baiklah diri kalian dengannya, sesungguhnya tidak ada satu muslim pun yang menghadapkan hewan kurbanya ke arah kiblat (untuk disembelih), kecuali darah kurbannya, isi perutnya, dan bulu-bulunya akan menjadi amal kebaikan yang dihadirkan kelak di hari perhitungan pada hari kiamat” (HR. Abdurrazaq dalam Mushonnafnya).
اللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ، وَ للهِ اْلحَمْدُ، معاشر المسلمين رحمكم الله
Setiap kali kita merayakan Hari Raya Idul Adha, sebagaimana saat ini, kita sebagai umat Islam tentu selalu diingatkan kembali dan berulang kali pada kisah keteladanan hidup Nabi Ibrahim dan juga keluarganya. Al-Qur’an dalam surat Ibrahim 75-79 dengan jelas menceritakan bagaimana Ibrahim muda dengan tekad hati yang kuat berupaya mencari hakikat Tuhan dan ciptaanya. Nabi Ibrahim as mengajarkan kepada kita bahwa beragama tidaklah cukup hanya sekedar mempercayai, namun harus selalu menemukan dan membina keyakinan itu melalui pencarian-pencarian rasional dan pengalaman-pengalaman keruhaniaan seraya berkata:
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb/Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
Beliaulah satu-satunya Nabi yang disebut dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah: 260 yang memohon kepada Allah untuk diperlihatkan bagaimana cara-Nya menghidupkan yang mati, dan permintaan beliau itu dikabulkan Allah. Melalui kisah ini, beliau mengajarkan kita tentang keyakinan akan datangnya hari kebangkitan (yaumul ba’ts) yang akan menjadi hari dimana segala amal kita di dunia akan diperhitungkan dan dimintakan keadilaannya di hadapan Allah Swt.
اللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ، وَ للهِ اْلحَمْدُ، معاشر المسلمين أسعدكم الله
Keteladan lain dari Nabi Ibrahim dan keluarganya yang patut kita teladani, terlebih dalam momentum saat ini adalah syariat untuk melaksanakan kurban bagi yang lapang rizkinya sebagaimana riwayat Zaid bin Arqam:
قال أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم: يا رسول اللّه ما هذه الأضاحي قال: سنة أبيكم إبراهيم
Sahabat Rasul saw berkata: wahai Rasul apa itu kurban? Rasul saw menjawab: itu adalah sunnah bapak kalian Ibrahim as (H.R. Ahmad)
Perihal ibadah kurban, ketahuilah bahwa hakikat berkurban adalah totalitas kepasrahan dan keikhlasan diri dalam berderma. Lihatlah bagaimana Nabi Ibrahim as. yang masyhur dengan kedermawanannya tidak eman/merasa berat untuk menyembelih 1000 kambing, 300 sapi dan 100 unta dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah (Qurban).
Kedermawanan tersebut dilakukan oleh Nabi Ibrahim bukan untuk mencari popularitas, pengikut dan pengaruh, akan tetapi semuanya dilakukan semata-mata mencari keridhaan Allah. Oleh karena itu, untuk menguji keyakinan Ibrahim as, Allah Swt memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putra tercinta Ismail as, dan Nabi Ibrahim pun melaksanakan perintah tersebut, hingga akhirnya Allah memerintahkan untuk menyelamatkan Ismail dan menggantikannya dengan seekor kambing yang gemuk.
Itulah keteladanan dari Nabi Ibrahim, dari beliau kita belajar untuk selalu yakin dan berprasangka baik kepada Allah Swt. Maka dari itu, yakinlah kita, berdermalah kita hanya karena Allah, jangan kotori amal kita dengan niat-niat dan motivasi keduniaan. Murnikan kurban kita dari segala hal yang dapat menggugurkan ketulusan kita dalam berkurban, dan hiasilah kurban kita dengan niat yang tulus ikhlas hanya karena Allah Swt. Karena hanya dengan itulah, kurban kita akan menjadi amal kebaikan yang akan membahagiakan kita di dunia dan di akhirat nantinya.
لَن يَنَالَ اللهَ لُحُومُهَا وَلا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقوَى مِنكُم
Daging-daging dan darah hewan kurban itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapai ridhanya (Q.S. al-Hajj: 37).
Melalui Nabi Ibrahim pula kita dapat belajar bahwa segala ujian dan cobaan yang Allah berikan pada kita, pada hakikatnya adalah bentuk rasa cinta dan kasih Allah kepada hambanya. Rasul saw bersabda:
إن عظم الجزاء مع عظم البلاء، وإن الله إذا أحب قوماً ابتلاهم، فمن رضي فله الرضا، ومن سخط فله السخط
Sesungguhnya besarnya pahala bersama dengan besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah ketika mencintai satu kaum atau hamba, maka Allah pasti mengujinya, jika ia ridho maka Allah pun ridlo, dan jika ia marah maka baginya kemarahan Allah. (HR. Tirmizi).
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani dalam manaqibnya diterangkan bahwa:
أَنَّ الْبَلِيَّةَ لَمْ تَأتِ الْمُؤمِنَ لِتُهْلِكَهُ وَإِنَّمَا أَتَتْهُ لِتَخْتَبِرَهُ
Sesungguhnya cobaan yang Allah datangkan kepada seorang mukmin tidaklah untuk membinasakannya, melainkan datang untuk mengujinya agar derajatnya naik di sisi Allah Swt.
اللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ، وَ للهِ اْلحَمْدُ، معاشر المسلمين رحمكم الله
Selain keteladanan dari Nabi Ibrahim as, dari kisah kurban ini kita juga dapat belajar keletadanan dari Nabi Isma’il as. Beliau dalam Al-Quran dikenal sebagai pribadi yang selalu menepati janji.
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَّبِيًّا
Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad Saw supaya menceritakan tentang Nabi Ismail nenek moyang bangsa Arab yang diangkat Allah menjadi nabi dan rasul agar dapat menjadi contoh teladan bagi mereka. Salah satu di antara sifat yang sangat menonjol ialah menepati janji.
Menepati janji atau yang dikenal dengan sifat amanah adalah sifat yang dipunyai oleh setiap rasul dan nabi, tetapi sifat ini pada diri Ismail sangat menonjol sehingga Allah menjadikan sifat ini sebagai keistimewaan Ismail. Di antara janji-janji yang ditepatinya walaupun janji itu membahayakan jiwanya ialah kesediaannya disembelih sebagai kurban untuk melaksanakan perintah Allah kepada ayahnya Ibrahim yang diterimanya dengan perantaraan ar-ru'yah ash-shadiqah (mimpi yang benar).
Selain itu, Nabi Ismail dalam Al-Qur'an juga dikenal sebagai pribadi yang sangat penyantun.
فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ
Kesantunan tersebut tercermin dari sikap sabar dan patuhnya Ismail kepada Ibrahim tatkala menerima wahyu dari Allah untuk menyembelihnya. Ismail saat itu dengan tegas berkata:
يا أَبَتِ افْعَلْ ما تُؤْمَرُ سَتَجِدُني إِنْ شاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرينَ
Wahai ayah, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.
اللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ، وَ للهِ اْلحَمْدُ، معاشر المسلمين أسعدكم الله
Syariat kedua yang diwariskan Nabi Ibrahim a,s kepada kita adalah menjalankan ibadah haji bagi yang mampu, sebagaimana firman Allah Swt dalam Surat Ali Imran: 97.
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
Dan di antara kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang Islam yang mampu mengadakan perjalanan ke sana.
معاشر المسلمين أسعدكم الله
Saat ini, jutaan umat Islam sedang menunaikan Ibadah haji. Mereka melaksanakan wuquf ditempat yang sama, mabit di tempat yang sama, memiliki tujuan yang sama dan bahkan mereka pun mengumandangkan kalimat talbiyah dengan untaian kalimat dan bahasa yang sama.
Prosesi ibadah haji ini tentu menyadarkan kita bahwa kita adalah sama-sama makhluq Allah yang dikemudian hari akan dikumpulkan di padang Mahsyar untuk mempertangung jawabkan semua perbuatan kita secara individual. Peristiwa ini sepatutnya dapat membangunkan kesadaran kita akan sikap kehati-hatian dalam berkata, berperilaku, dan bertindak.
Untuk itulah, bagi kaum muslim yang saat ini sedang menjalankan ibadah manasik di tanah suci harus senantiasa sedapat mungkin menjaga diri dari beragam hal yang dapat merusak ibadahnya, seperti halnya bersetubuh, mengucapkan kata-kata keji, melanggar larangan-larangan agama, berolok-olok, bermegah-megah, bertengkar, dan bermusuhan.
Karena, semua perhatian ditujukan untuk berbuat kebaikan semata-mata. Hati dan pikiran hanya tercurah kepada ibadah, mencari keridaan Allah dan selalu mengingat-Nya. Apa saja kebaikan yang dikerjakan seorang Muslim yang sedang beribadah haji, pasti Allah mengetahui dan mencatatnya dan akan dibalas-Nya dengan pahala yang berlipat ganda.
Begitu pula bagi kaum muslim yang telah mendapat anugrah menjalankan ibadah haji harus senantiasa pula menjaga kamabruran haji dengan tetap berupaya untuk melakukan amal kebaikan sebanyak-banyaknya baik yang bersifat indivudal maupun sosial.
Rasul saw selalu mengingatkan kepada kita bahwa tanda-tanda kemabruran haji seseorang adalah thibbul kalam (ucapan yang baik nan santun), ith’amut to’am (memberikan santunan dan berderma), serta ifsya’us salam (senantiasa menyapa dengan salam dan senyuman). Karena itu lah, janji Allah kepada mereka yang dapat melestarikan kesucian hajinya dengan janji surga Allah Swt.
الحج المبرور ليس له جزاء إلا الجنة
Bagi kaum muslim yang saat ini belum mendapatkan rizqi untuk berkurban dan beribadah haji di tanah suci, maka selalu beramal saleh lah dan optimalkan ketaqwaan serta ketaatan kita kepada Allah, jangan berputus asa dengan rahmat Allah dan selalu berdoa dengan harapan semoga tahun depan dan tahun-tahun berikutnya kita dapat melaksanakan kurban dan pula pergi ke tanah suci untuk menjalankan umrah dan atau haji.
اللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ، وَ للهِ اْلحَمْدُ، معاشر المسلمين أثابكم الله
Itulah beberapa keteladanan dan syariat Nabi Ibrahim a.s yang dapat kita ambil hikmahnya. Semoga Allah senantiasa memberikan taufiq dan hidayahNya agar kita sedapat mungkin meneladani Nabi Agung Muhammad saw dan Nabi Ibrahim serta Nabi Ismail a.s. Dalam penutup khutbah ini, perkenankan kami berwasiat sebagaimana wasiat Rasul Muhamamd saw dalam haji wada’nya:
فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا
Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, harga diri kalian adalah suci mulia sebagaimana mulianya hari ini, di bumi kalian ini dan di bulan kalian ini,
يُّهَا النَّاسُ إنَّ ربَّكم واحدٌ، وإنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، كُلُّكُمْ لِآدَمَ وَآدَمَ مِنْ تُرَابٍ، إنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ، ولَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ
Wahai manusia, sesungguhnya Tuhan kalian itu satu, sesungguhnya ayah kalian itu juga satu, kalian semua dari Adam, dan Adam dari tanah, sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kalian, maka setelah meninggalku (Muhammad) janganlah kembali menjadi kafir (yang tidak pandai bersyukur) sehingga kalian saling membunuh, menyakiti, mendzalimi, menghujat satu sama lainnya.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم..... إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأبْتَرُ .... بارك الله لي ولكم في القرأن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الأيات والذكر الحكيم، فتقبّل الله منّا ومنكم تلاوته، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
الخطبة الثانية
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ كثيرا وسبحان الله بُكْرَةً وَأصِيْلاً، لاَ ِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ الذي خلق الإنسان بأحسن خلقه نحمده تعالى عَلىَ فضله و اِحْسَانِهِ ونشكره تعالى عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الذي فرض على عباده بامتثال أوامره واجتناب نواهيه وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ سبيل ربه ورضوانه. اللهُمَّ صَلِّ وسلم وبارك عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
عباد الله.... أوصيكم ونفسي بتقوى الله، واتقواالله حق تقاته ولا تموتنّ إلا وأنتم مسلمون، قال الله تعالى (وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ)
عباد الله.....اعلموا أن كثرة الصلاة على النبي المختار من أعظم القربات وأفضل الطاعات، ومن أقرب الطرق الموصلة إلى ربّ البريّات، فقد أمركم الله تعالى بأمر بدأ به بنفسه، وثنى بملائكته المسبّحة بقدسه، فقال مخبرا وأميرا عليما (إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا). اللهم صلّ على سيدنا محمد وعلى أل سيدنا محمد، كما صلّيت على سيدنا إبراهيم وعلى أل سيدنا إبراهيم، وبارك على سيدنا محمد وعلى أل سيدنا محمد، كما باركت على سيدنا إبراهيم وعلى أل سيدنا إبراهيم، في العالمين إنك حميد مجيد. ورضي الله تبارك وتعالى عن ساداتنا ذوى القدر الجلي، أبي بكر وعمر وعثمان وعلي، وعن أصحاب رسول الله الصالحين
اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات، والمسلمين والمسلمات، الأحياء منهم والأموات، إنك قريب مجيب الدعوات وقاضي الحاجات وغافر الذنوب والخطيئات. اللهم اجعل حجنا وحجهم حجا مبرورا وسعيا مشكورا وذنبا مغفورا وتجارة لن تبور. للهم تقبَّل مِنَّا واقبلنا، واجعلنا من المقبولين، اللهم بارك لنا في أضحيتنا و بارك لنا في معيشتنا، بارك لنا في أهلنا وذريتنا وبارك لنا في حياتنا و بارك لنا في كل ما رزقتنا، اللهمَّ ارزُقنا الحلم والرفق والإخلاصَ في القول والعمل والحال
اللهم أعز الإسلام والمسلمين ، وأذل الشرك والمشركين ، ودمر أعداء الدين ، واجعل هذا البلد آمناً مطمئناً وسائر بلاد المسلمين.اللهُمَّ أَصْلِحْ لنا دِيننا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرنا، وَأَصْلِحْ لنا دُنْيَانا الَّتِي فِيهَا مَعَاشنا، وَأَصْلِحْ لنا آخِرَتنا الَّتِي فِيهَا مَعَادنا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لنا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لنا مِنْ كُلِّ شَرٍّ، ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين. رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
عباد الله.....إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فاذكروا الله العظيم يذكركم ولذكر الله أكبر ، والله يعلم ما تصنعون
Demikian teks khutbah untuk Idul Adha, yang penulis muat dari Ustadz Tajuddin Arafat, Semarang. [dutaislam.or.id/ab]