Iklan

Iklan

,

Iklan

Diaspora Yahudi Setelah Jatuhnya Kerajaan Nabi Sulaiman

Duta Islam #05
17 Jan 2025, 03:21 WIB Ter-Updated 2025-01-16T20:52:35Z
Download Ngaji Gus Baha
sejarah diaspora yahudi ke eropa hingga ke madinah nabi
Ilustrasi diaspora Yahudi. Foto: istimewa.


Dutaislam.or.id - Peradaban terakhir yang menunjukkan kejayaan Bani Israil di dunia adalah kerajaan Nabi Sulaiman as. di Palestina. Nabi Sulaiman merupakan putra Nabi Dawud as dari salah satu istrinya. 


Nabi Dawud dikenal sebagai seorang pejuang yang berhasil mengalahkan Jalut (Goliath) di Palestina. Kisah ini kemudian dikenal luas di dunia Barat dengan sebutan "David and Goliath." 


Pada saat itu, Nabi Dawud tergabung dalam pasukan Bani Israil yang dipimpin oleh Thalut (Saul), sebuah peristiwa yang terjadi di masa Nabi Samuel as. Al-Qur'an menceritakan kisah ini dalam Surat Al-Baqarah ayat 246-251.


Kejatuhan Kerajaan Nabi Sulaiman

Kerajaan Nabi Sulaiman memiliki kekayaan luar biasa yang hingga kini menjadi daya tarik bagi banyak orang. Kekayaan ini sering disebut sebagai harta tersembunyi "King Solomon," yang keberadaannya masih menjadi misteri, apakah sudah ditemukan atau masih tersembunyi di dalam bumi.


Setelah wafatnya Nabi Sulaiman, kerajaan Bani Israil mulai merosot. Puncak kehancuran mereka terjadi ketika kerajaan ini dihancurkan oleh Nebuchadnezzar dari Kekaisaran Bizantium (Romawi). Peristiwa tragis ini diabadikan dalam Surat Al-Israa’ ayat 4-5.


Setelah kehancuran kerajaan mereka di Palestina, Bani Israil mengalami perpecahan dan menyebar ke berbagai wilayah dunia, sebuah fenomena yang dikenal dengan istilah diaspora. Mereka berpindah ke Eropa, Jazirah Arab, anak benua India, dan wilayah lainnya. 


Di Eropa, demi mendapatkan perlindungan, mereka menjilat kepada penguasa Romawi, bahkan menghasut agar Romawi memusuhi Nabi Isa as dan para pengikutnya. Kisah Ashabul Kahfi merupakan salah satu cerita yang berasal dari perjalanan pengikut Nabi Isa Al-Masih as.


Kedatangan Yahudi ke Madinah

Kehadiran kaum Yahudi di Madinah bukan semata-mata untuk menghindari kekejaman Romawi. Mereka juga memiliki ambisi besar untuk menyambut kedatangan Nabi terakhir yang dijanjikan setelah Musa dan Isa as. 


Mereka berharap kenabian ini akan jatuh ke tangan Bani Israil, sehingga kejayaan mereka seperti pada masa Nabi Musa dan Sulaiman dapat terulang kembali. Namun, ketika mereka menyadari bahwa kenabian itu justru diberikan kepada keturunan Ismail as dari bangsa Arab, mereka merasa sangat marah dan kecewa.


Al-Qur'an mencatat respons ini dalam firman-Nya:


وَلَمَّا جَاۤءَهُمْ كِتٰبٌ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْۙ وَكَانُوْا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُوْنَ عَلَى الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۚ فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ مَّا عَرَفُوْا كَفَرُوْا بِهٖۖ فَلَعْنَةُ اللّٰهِ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ


Terjemah:

"Dan ketika datang kepada mereka (Yahudi) sebuah Kitab dari sisi Allah (Al-Qur'an) yang membenarkan apa yang ada pada mereka (Taurat), padahal sebelumnya mereka selalu memohon (kedatangan Nabi) agar dimenangkan atas orang-orang kafir. Maka ketika telah datang kepada mereka (Nabi dan wahyu) yang mereka kenali, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah atas orang-orang yang kafir itu." (QS. Al-Baqarah: 89).


Kemarahan kaum Yahudi semakin memuncak ketika mengetahui bahwa kenabian diberikan kepada bangsa Arab, keturunan Nabi Ismail as, dan bukan kepada mereka. Lebih lagi, kenabian tersebut turun di Makkah, bukan di Madinah, tempat mereka sudah lama bermukim.


Selama ratusan tahun, mereka tinggal di Madinah, menyerap budaya Arab, berbahasa Arab, dan bahkan memberikan nama anak-anak mereka dengan nama Arab, bukan nama Hebrew (Ibrani). 


Selain itu, mereka juga terlibat dalam konflik internal di antara kabilah-kabilah besar di Madinah, seperti Aus dan Khazraj. Sebagian dari mereka mendukung Aus, sementara yang lain berpihak kepada Khazraj, dengan harapan tetap mempertahankan pengaruh mereka di kawasan tersebut. [dutaislam.or.id/ab]


Iklan

close
Iklan Flashdisk Gus Baha