Iklan

Iklan

,

Iklan

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 102: Total Penuh Dalam Bertakwa

Duta Islam #05
14 Jan 2025, 19:45 WIB Ter-Updated 2025-01-14T12:45:14Z
Download Ngaji Gus Baha
tafsir surat ali imron ayat 102 tentang takwa
Ilustrasi perintah total bertakwa. Foto: istimewa.


Oleh Faqih Dimar J. Sarasto


Dutaislam.or.id - Takwa merupakan salah satu kunci utama keberhasilan  yang sangat penting dan harus dimiliki dan dijaga oleh seorang muslim sepanjang hidupnya. 


Menurut Ar-Raghib, taqwa bermakna terpeliharanya diri dari siksa Allah Swt. (Ar-Raghib, 2017, hlm. 807). Yaitu, dengan senantiasa taat melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya sehingga umat Islam memiliki landasan hidup yang jelas sebagai nahkoda menuju keselamatan di kehidupan dunia dan akhirat.


Di dalam Al-Qur'an terdapat banyak ayat yang membahas perihal takwa, diantaranya yang masyhur dan sering dibacakan oleh khatib jum’at dalam khutbahnya terdapat dalam surah Ali-Imran ayat 102. 


Ayat ini berisi perintah Allah kepada orang-orang beriman untuk bertakwa kepada-Nya dengan sebenar-benarnya takwa dan mati dalam keadaan Islam. Berikut adalah teks ayat, terjemahnya, sabab nuzul, dan kutipan tafsir para ulama atas surat Ali-Imran ayat 102:


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ 


Terjemah:

"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim". (Āli ‘Imrān [3]:102)


Sebab Turunnya Ayat

Wahbah Zuhaili menjelaskan sabab nuzul dari ayat ini di dalam tafsirnya Al-Munir (Wahbah Zuhaili, 1991, hlm. 26). Diriwayatkan oleh al-Firyabi dan Ibn Abi Hatim dari Ibn Abbas, ia berkata: 


"Pada masa Jahiliyah, terdapat permusuhan antara kaum Aus dan Khazraj. Suatu ketika mereka sedang duduk bersama, kemudian percakapan mereka sampai mengenai permusuhan di antara mereka di masa jahiliyah, sehingga membuat mereka marah. Beberapa di antara mereka hingga saling mengancam dengan senjata. Maka turunlah ayat: wa kaifa takfuruuna (dan bagaimana kamu kafir) dan dua ayat setelahnya. Ini juga berkaitan dengan penjelasan yang ada tentang sebab turunnya dua ayat sebelumnya".


Tafsir Ibnu Katsir

Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini dalam Tafsir Al-Qur’an al-Adzim (Ibnu Katsir, 1999, hlm. 86-87). Beliau mengutip beberapa pendapat para ulama. Pertama, Riwayat dari Ibnu Mas’ud mengenai “bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa,” beliau berkata: Yaitu, Allah harus ditaati segala perintah-Nya dan dijauhi segala larangan-Nya, senantiasa diingat dan tidak boleh dilupakan, senantiasa disyukuri dan tidak boleh dikufuri. 


Kedua, Said bin Jubair, Abu al-‘Aliyah, al-Rabi' bin Anas, Qatadah, Muqatil bin Hayyan, Zayd bin Aslam, al-Suddi, dan lainnya berpendapat bahwa ayat ini telah di-mansukh dengan firman Allah dalam Surah At-Taghabun ayat 16: "Bertakwalah kepada Allah semampu kalian". 


Namun, Ali bin Abi Talhah meriwayatkan dari Ibn Abbas beliau berkata: "Ayat ini tidak di-mansukh, sebenar-benarnya takwa berarti berjihad di jalan Allah dengan benar, tidak takut pada celaan orang yang mencela, dan menegakkan keadilan atas diri sendiri, orang tua, dan anak-anak".


Selanjutnya, firman Allah “Dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Islam,” yaitu: "Jagalah agar kalian tetap dalam Islam ketika sehat dan dalam keadaan aman, agar kalian mati dalam keadaan beriman." 


Allah yang Maha Mulia telah berjanji bahwa siapa yang hidup dalam keyakinan tertentu, ia akan mati dengannya, dan siapa yang mati dengan suatu keyakinan, ia akan dibangkitkan dengannya. Maka, kita berlindung kepada Allah dari keadaan selain itu.


Tafsir al-Kasyyaf

Al-Zamakhsyari menafsirkan ayat ini dalam karangannya Al-Kasyyaf (Al-Zamakhsyari, 1947, hlm. 394). Hakikat takwa adalah kewajiban untuk menjalankan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi larangan-Nya, yaitu dengan melaksanakan kewajiban dan menjauhi yang diharamkan. Sebagaimana firman-Nya: "Bertakwalah kepada Allah sesuai dengan kemampuan kalian". 


Maksudnya, hendaklah kalian berusaha keras dalam bertakwa hingga tidak ada yang tertinggal dari apa yang dapat kalian lakukan. Selanjutnya firman Allah: "Dan janganlah kamu mati", artinya adalah janganlah kamu mati dalam keadaan selain keadaan Islam. 


Diibaratkan seperti perkataan kepada seseorang yang diajak untuk bertemu musuh: "Jangan datang padaku kecuali kamu sudah berada di atas kuda. Dia tidak dilarang untuk datang, tetapi dilarangnya untuk datang dalam keadaan yang berbeda dari yang telah disyaratkan".


Tafsir Al-Munir

Wahbah Zuhaili menjelaskan ayat ini dalam kitabnya Al-Munir (Wahbah Zuhaili, 1991, hlm. 27-28). Bahwa Allah telah menegur umat Islam agar tidak mengikuti orang-orang kafir, yang bisa menyesatkan dan menggiring mereka pada kekufuran. 


Setelah mengkritik kaum ahli kitab karena kekufuran mereka dan menghalangi jalan Allah pada beberapa ayat sebelumnya, ayat 102 ini mengingatkan umat Islam untuk tetap menjaga kekuatan dan identitas mereka sebagai umat yang beriman dan berbeda dari kaum ahli kitab yang telah menyimpang dari jalan Allah yang lurus.


Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa, yaitu dengan menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan-Nya. Takwa ini diwujudkan dengan menjauhi segala dosa dan mengikuti perintah Allah semampunya, sebagaimana firman-Nya dalam Surah At-Taghabun ayat 16: "Bertakwalah kepada Allah sesuai dengan kemampuan kalian," yang merupakan penjelasan dari surat Ali Imran ayat 102 dan  bukan sebagai nasikh, yang berarti bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa sesuai dengan kemampuan kalian, karena penghapusan ayat hanya terjadi apabila tidak ada jalan untuk menggabungkan keduanya, sementara dalam hal ini masih ada kemungkinan untuk menggabungkan keduanya.


Selanjutnya, Allah mengingatkan mereka agar tidak mati kecuali dalam keadaan berserah diri kepada Allah. Ini adalah dorongan agar seseorang segera menerima Islam sebagai jalan hidupnya. 


Dan senantiasa menjaga keimanan dan memeliharanya dalam keadaan sehat dan selamat, agar kelak mati dalam keadaan demikian. Bukan berarti ada larangan untuk mati sebelum kalian memeluk Islam, tetapi yang dimaksud adalah agar kalian beragama Islam sebelum datangnya kematian.


Tafsir al-Mishbah

M. Quraish Shihab menafsirkan ayat ini dalam kitabnya Tafsir Al-Mishbah (Quraish Shihab, 2002, hlm. 203-204). Bahwa ayat ini adalah pelindung bagi kaum muslimin dari tipu daya musuh dengan bertakwa kepada Allah dengan sebenar-bernarnya takwa. Yaitu, dengan mentaati segala perintah-Nya sampai pada batas akhir kemampuan dan menjauhi seluruh larangan-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan berserah diri kepada Allah, yakni memeluk agama Islam. 


Lebih lanjut Quraish menjelaskan pada surat Ali Imran ayat 102 ini semua orang beriman diperintahkan untuk berjalan menuju puncak ketakwaan melalui jalan yang dijelaskan dalam surat at-Tagabun ayat 16, yaitu sesuai kemampuan masing-masing yang kelak akan mendapatkan ganjaran sesuai dengan besar usahanya.


Kesimpulan

Pada surat Ali Imran ayat 102 ini terkandung peringatan sekaligus petunjuk dari Allah Swt. Bagi orang-orang beriman agar tidak lagi terjerumus dalam tipu daya orang-orang kafir yang senang dengan terpecah-belahnya umat Islam, yaitu dengan senantiasa bertakwa kepada Allah dengan all out sepanjang hidup kita, karena barangsiapa yang bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa akan terpelihara tujuan hidupnya dan tidak mudah dipengaruhi maupun dipecah-belah. 


Referensi:

  • Ar-Raghib al-Asfahani, Kamus al-Qur’an Terj. Ahmad Zaini Dahlan, (Depok: Pustaka Khazanah Fawa’ide, 2017), jilid 3, hal. 807.
  • Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1991), juz 4, hal. 26-28.
  • Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzim, (Saudi: Dar Thayyibah li an-Nasyr wa at-Tawzi’, 1999), juz 2, hal. 86-87.
  • Al-Zamakhsyari, Tafsir al-Kasyyaf, (Beirut: Dar al-Kitab al-Arabiy, 1947), juz 1, hal. 394.
  • M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), juz 3, hal.203-204. 


Faqih Dimar J. Sarasto, mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Universitas PTIQ Jakarta.


Iklan

close
Iklan Flashdisk Gus Baha