Klan Yahudi Azkenazi. Foto: istimewa. |
Dutaislam.or.id - Ashkenazi, atau Yahudi Ashkenazim (jamak Ashkenazim), merupakan budaya Yahudi terbesar yang dapat diidentifikasi, yang garis keturunannya berasal dari Eropa Timur. Meskipun gereja-gereja setempat diwajibkan oleh hukum untuk mencatat populasi umum, komunitas Yahudi setempat membuat catatan mereka sendiri dan menyimpannya dalam pengelolaan mereka.
Banyak dari catatan ini kini dikumpulkan dalam Koleksi Knowles di FamilySearch. Penelitian genealogi tentang Yahudi Ashkenazi menjadi lebih mudah dengan memahami jalur migrasi mereka, sistem pencatatan, bahasa, serta tradisi yang mereka kembangkan seiring waktu.
Siapa Yahudi Ashkenazi?
Pada Abad Pertengahan, orang Yahudi bermukim di lembah Sungai Rhein dan di wilayah tetangganya, Prancis Utara. Mereka membentuk komunitas mandiri yang terikat oleh bahasa, agama, dan tradisi, serta mempertahankan identitas Yahudi mereka dengan teguh. Pemukim ini kemudian dikenal sebagai Ashkenazi, istilah yang berasal dari kata Ibrani "Ashkenaz," yang berarti Jerman.
Secara bertahap, mereka mengadaptasi kebiasaan historis dari Tanah Suci, Babilonia, dan Mediterania Barat ke dalam tradisi lingkungan baru mereka, menciptakan budaya kelompok yang membedakan mereka dari kelompok Yahudi lainnya. Sementara itu, kelompok Yahudi lain yang bermukim di wilayah berbeda mengembangkan subkultur mereka sendiri, seperti Yahudi Sephardic, Crypto, dan lainnya.
Pada abad ke-17, meningkatnya penganiayaan memaksa orang-orang Ashkenazim bermigrasi lebih jauh ke timur, ke wilayah yang kini termasuk Polandia, Jerman, Rusia, Ukraina, Moldova, Lituania, Latvia, Estonia, dan Belarus. Selama berabad-abad, bahasa Ibrani tetap menjadi bahasa suci mereka. Namun, dengan berinteraksi dengan budaya Eropa Timur, muncul dialek baru yang disebut Yiddish. Yiddish adalah bahasa Jermanik—campuran dari bahasa Ibrani, Aram, dan bahasa-bahasa Slavia.
Catatan Yahudi Ashkenazi
Hukum, kebijakan, dan kebiasaan lokal memaksa Ashkenazim untuk bekerja di bidang tertentu. Misalnya, di banyak tempat, mereka dilarang memiliki tanah atau bekerja di beberapa profesi tertentu, sehingga mereka cenderung menjalankan bisnis tertentu.
Dalam beberapa kasus, pemerintah secara tegas menyarankan atau mewajibkan agama dominan negara mencatat informasi mereka untuk keperluan pajak dan sensus. Kepatuhan terhadap aturan ini sering longgar, sehingga peristiwa penting dalam kehidupan orang Yahudi mungkin dicatat di bagian terpisah atau bahkan tidak dicatat sama sekali.
Sementara itu, Ashkenazim tetap memelihara catatan mereka sendiri, menggunakan bahasa mereka sendiri, serta membangun struktur pemerintahan, pendidikan, dan pemakaman internal. Penelitian komunitas Yahudi Eropa Timur dapat mencakup berbagai bahasa, budaya, dan koleksi catatan.
Kapan Yahudi Ashkenazi Menggunakan Nama Keluarga?
Salah satu tantangan dalam penelitian adalah bahwa orang Ashkenazim tidak menggunakan nama keluarga yang konsisten hingga zaman modern. Hingga awal pertengahan abad ke-19, mereka mengikuti sistem patronimik.
Nama depan anak diikuti oleh "ben-" atau "bat-" ("anak laki-laki dari" dan "anak perempuan dari"), kemudian nama ayah, ibu, atau keduanya. Misalnya, Aaron ben Joseph berarti anak laki-laki dari Joseph, dan Rachel bat Benjamin berarti anak perempuan dari Benjamin.
Pada akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19, orang Yahudi Ashkenazi di Polandia, Jerman, dan Kekaisaran Austro-Hungaria dipaksa untuk menggunakan nama keluarga. Dalam istilah genealogi, ini merupakan tren yang relatif baru yang membatasi periode waktu untuk penelitian berdasarkan nama keluarga.
Mengadopsi nama keluarga menjadi kebutuhan politik, tetapi karena nama keluarga tidak penting secara budaya bagi mereka, nama-nama itu sering dipilih secara acak. Anggota keluarga yang sama sering kali memilih nama keluarga yang berbeda.
Mereka mungkin memilih nama kota (tidak selalu tempat lahir mereka), nama suku seperti Levi, atau nama lokal. Mereka juga bisa memilih sesuatu yang menarik, yang kemudian diadaptasi menjadi nama seperti Goldstein, Goldburg, Silverstein, atau Rosenbaum (pohon mawar).
Cara Menemukan Leluhur Ashkenazi
Para rabi dan pejabat lain dalam komunitas Yahudi menyimpan catatan, tetapi mereka tidak diminta untuk menyerahkannya ke kantor pencatatan umum. Catatan Yahudi yang disimpan oleh para rabi ini mungkin menggunakan bahasa Ibrani, Yiddish, bahasa lokal, atau campuran dari semuanya.
Mereka dengan hati-hati menjaga dan melestarikan catatan ini meskipun menghadapi perubahan dan kesulitan. Saat populasi Yahudi menyebar ke seluruh dunia, catatan mereka tetap berada di sinagoga, institusi Yahudi, pemakaman, masyarakat pemakaman, dan koleksi keluarga.
Mungkin karena kebangkitan minat terhadap genealogi dan sejarah keluarga dalam beberapa tahun terakhir, pemegang catatan Yahudi semakin terdorong untuk melindungi dan menyimpan salinan catatan ini sebelum dihancurkan oleh waktu, iklim, kebakaran, atau peristiwa lain yang merusak. Koleksi ini telah dilestarikan dan ditambahkan ke dalam Koleksi Knowles, yang kini mencakup lebih dari 1,5 juta catatan Yahudi.
Ada dua cara untuk mengakses catatan ini di FamilySearch. Pertama, melalui pencarian di katalog FamilySearch, yang menyimpan kumpulan catatan berdasarkan nama. Kedua, melalui Koleksi Knowles, yang merupakan Pohon Komunitas di bawah Genealogi dan menunjukkan hubungan keluarga. [dutaislam.or.id/ab/ai]
Keterangan:
Artikel di atas diterjemahkan dari situs familysearch.org. Foto juga diambil dari sumber yang sama.