Iklan

Iklan

,

Iklan

Inilah Manusia Terbaik Sesuai Hadits Rasulullah Saw?

Duta Islam #05
25 Apr 2025, 08:41 WIB Ter-Updated 2025-04-25T01:41:28Z
Download Ngaji Gus Baha
siapa manusia terbaik di dunia
Ilustrasi manusia terbaik. Foto: penulis.


Oleh Halimi Zuhdy


Dutaislam.or.id - Setelah mencermati beberapa redaksi hadis Nabi Muhammad terkait dengan sebaik-baik manusia, terdapat beberapa redaksi, di antaranya adalah "Khairunnas", "Khiyarukum" dan "khairukum".


Kalimat ini, disampaikan oleh manusia terbaik, maka pesan-pesannya adalah yang terbaik. Dari beberapa redaksi tidak terdapat kalimat; sebaik-baik manusia adalah yang paling kaya, yang paling berkuasa, yang paling dihormati, yang paling terkenal, yang paling ganteng/cantik, yang paling banyak pengikutnya, yang paling baik keturunannya, dan lainnya. Bukan kemudian, mereka yang paling ganteng tidak terbaik, tapi redaksi dalam hadis lebih kepada dampak dari sebuah perbuatan seseorang.


Dalam gambar di atas, al-faqir hanya mencantumkan 8 dari 10-11 redaksi. Misalkan, "sebaik-baiknya manusia adalah yang mereka yang bermanfaat bagi manusia", redaksi ini sangat ringan, tapi maknanya sangat luas sekali. Pokoknya bermanfaat.


Apa pun profesi seseorang, kalau ia membantu seseorang/bermanfaat pada orang lain, maka ia termasuk yang terbaik. Misalnya ia pinter atau alim, tapi tidak pernah memberi ilmunya atau tidak pernah mengamalkan ilmunya, maka ke'alimannya hanyalah alim dan dikenal pinter, tapi tidak bermanfaat pada orang lain, maka ia tidak sebaik-baiknya manusia. Demikian juga dengan hartawan, dan lainnya. "Kehebatan seseorang apa yang telah ia berikan, bukan apa yang ia punya".


Bagaimana caranya menjadi manusia yang bermanfaat? Jawabannya luas, tak terbatas pada satu hal. Dengan menebar manfaat dengan berbagai cara, baik dengan harta, tenaga, ilmu, maupun doa. Seperti, memberikan makanan kepada orang yang kelaparan, membantu orang tua menyeberang jalan, atau membantu korban bencana alam. Mengabdikan waktu dan tenaga untuk membantu orang lain di organisasi sosial atau kegiatan kemanusiaan. 


(Menebar kebaikan) Seperti bersikap ramah, sopan, dan santun kepada orang lain. Menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Memberikan perhatian dan mendengarkan keluh kesah orang lain. Mengajarkan ilmu atau keterampilan kepada orang lain. Mendoakan kesehatan, keselamatan, dan kebahagiaan bagi orang lain.


Bahkan, Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa "membantu orang lain lebih dicintai Allah daripada beriktikaf di masjid selama sebulan". Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memberikan manfaat kepada orang lain dalam pandangan Islam.


"أَحَبُّ النَّاسِ إلى اللهِ، أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ، يَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ يَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا، أَوْ يَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا، وَلَأَنْ أَمْشِي مَعَ أَخٍ لِي فِي حَاجَةٍ، أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ -مَسْجِدِ الْمَدِينَةِ- شَهْرًا").


Dan beberapa redaksi hadis lainnya sangat menarik untuk dicermati, sehingga siapa saja sebaik-baiknya manusia, dan kita mampu belajar kepada manusia terbaik, walau tidak harus seperti Nabi Muhamamad yang maksum, dijaga oleh Allah. Berniat, dan melakukan perbuatan yang menjadi ajaran, juga masuk mengamalkan ajarannya.


Dalam berbagai hadis, Nabi Muhammad SAW menggunakan redaksi seperti “Khairunnas” (خير الناس), “Khiyarukum” (خياركم), dan “Khairukum” (خيركم) untuk menyebut manusia terbaik. Menariknya, tidak satu pun dari redaksi tersebut menyebut manusia terbaik adalah yang paling kaya, paling tampan, paling terkenal, atau paling berkuasa. Melainkan, yang disebut terbaik adalah mereka yang berdampak positif bagi orang lain.


Mari kita lihat beberapa redaksi hadis tersebut:


خير الناس أنفعهم للناس

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.”

(HR. Thabrani)


خيركم من تعلم القرآن وعلمه

“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”

(HR. Bukhari)


خياركم أحاسنكم أخلاقًا

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya.”

(HR. Bukhari)


خياركم خيركم لأهله

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya.”

(HR. Tirmidzi)


من أطعم الطعام ورد السلام

“(Sebaik-baik manusia adalah) yang memberi makan dan menyebarkan salam.”

(HR. Bukhari dan Muslim)


من طال عمره وحسن عمله

“Sebaik-baik kalian adalah yang panjang umurnya dan baik amalannya.”

(HR. Tirmidzi)


من يَرْجى خيره ويؤمَن شره

“(Sebaik-baik manusia adalah) yang diharapkan kebaikannya dan aman dari keburukannya.”

(HR. Tirmidzi)


ذو القلب المخموم واللسان الصادق

“(Sebaik-baik manusia adalah) yang berhati bersih dan lisannya jujur.”

(HR. Ibnu Majah)


Hadis-hadis di atas menunjukkan bahwa “manusia terbaik” adalah soal kontribusi dan karakter, bukan status atau pencapaian pribadi.


Lalu bagaimana caranya menjadi manusia terbaik seperti yang disebutkan dalam hadis? Jawabannya sangat luas. Tidak harus menjadi ustaz, ilmuwan, atau dermawan besar. Siapa saja bisa menjadi bermanfaat dengan apa yang dimilikinya: tenaga, waktu, ilmu, bahkan dengan doa.


Bahkan dalam satu hadis yang sangat menyentuh, Nabi Muhammad SAW bersabda:


“Sungguh aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi kebutuhannya lebih aku cintai daripada beriktikaf di Masjid (Nabawi) selama sebulan.”


(رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ: أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ... وَلَأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخٍ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ شَهْرًا)


Hadis ini menegaskan bahwa bermanfaat untuk orang lain lebih utama daripada sekadar aktivitas ibadah individual, selama diniatkan karena Allah dan untuk kebaikan.


Akhirnya, siapakah manusia terbaik itu?


Kita semua bisa menjadi manusia terbaik, sesuai sabda Nabi, tanpa harus menjadi sempurna seperti Rasulullah SAW. Cukup dengan berniat baik, melakukan hal-hal baik, dan menghadirkan manfaat bagi sesama.


Menjadi baik bukanlah milik segelintir orang, tapi peluang yang terbuka bagi siapa saja yang ingin menjadikan hidupnya bermakna. [dutaislam.or.id/ab]


Iklan

close
Iklan Flashdisk Gus Baha